THE HISTORY AND THE THEORY OF CELL (Sejarah Penemuan Sel dan Perkembangan Teori tentangnya)


A.      The First Sight (Pengamatan yang Pertama)
Sel pertama kali diamati oleh Robert Hooke pada tahun 1665. Ia melakukan penelitian dengan mengamati sayatan dari batang tanaman Quercus suber  dengan menggunakan mikroskop. Ternyata, ia menemukan adanya kumpulan ruang kosong yang dibatasi oleh dinding tebal dari sayatan tanaman yang ia amati. Tercetuslah istilah “sel” (kosakata Bahasa Indonesia) yang berasal dari dari kata cella (tunggal) atau cellulae (jamak) dari Bahasa Latin yang artinya ruang kecil. Penemuan selnya ini ia tulis dalam buku berjudul “Micrographia”.

Sel yang Robert Hooke amati merupakan sel mati sehingga tidak memiliki isi dalam ruang sel tersebut. Ia pun hanya mengamati dan menggambar hasil pengamatannya tersebut tanpa mempelajari bagaimana struktur dan fungsi dari sel – sel tersebut. Namun dari penemuannya inilah memicu semangat ilmuwan lain untuk mengungkapkan bagian terkecil nan penting dari makhluk hidup ini.
B.      The First Sight of Living Cell (Pengamatan Pertama Sel Hidup)
Sel yang masih hidup pertama kali diamati oleh Antonie van Leeuwenhoek. Bahkan, sel yang ia amati merupakan mikroorganisme uniseluler sehingga ia orang pertama yang mengamati mikroorganisme ini.
Ilmuwan asal Belanda ini bahkan merancang sendiri mikroskop miliknya untuk mengamati keberadaan organisme tersebut. Mikroskop berlensa tunggal rancangannya bahkan memiliki perbesaran hingga 275 kali dibanding mikroskop yang ada pada zamannya. Mikroskop tersebut ia gunakan untuk mengamati air rendama jerami. Di dalam objek pengamatannya inilah, ia menemukan ada benda yang bergerak – gerak. Temuannya ini kemudian dinamakan bakteri.
Banyak yang ia amati selain “makhluk kecil bergerak-gerak” tadi dengan mikroskopnya. Ia juga berhasil mengamati sel darah merah, spermatozoid, khamir sel tunggal, dan protozoa. Temuan – temuannya ini ia kirim melalui surat ke Perkumpulan Ilmuwan di Inggris, Royal Society, yang lalu menerbitkannya.
C.      The Next Observation (Pengamatan masih terus dilakukan).
Pengamatan dan penelitian mengenai sel pun terus berlanjut.
Di tahun 1675 sampai 1679, Marcello Malpighi, ilmuwan kebangsaan Italia, melakukan pengamatan terhadap sel tumbuhan. Dalam pengamatannya, ia menemukan bahwa setiap rongga berisi cairan yang dikelilingi oleh dinding yang kukuh. Ia menyebut unit penyusun tumbuhan tersebut dengan sebutan utricle yang diterjemahkan berarti “kantong kecil”.
Tahun 1682, Nehemiah Grew dari Inggris menerbitkan penelitiannya mengenai sel tumbuhan. Salah satunya menyebutkan bahwa ia menemukan ada banyak struktur kecil berwarna hijau di dalam sel – sel tumbuhan. Kemudian hari, struktur tersebut dinamakan kloroplas. Jadilah ia orang pertama yang mengamati kloroplas.
Tahun 1831, Robert Brown melakukan pengamatan dan penelitian tentang sel. Dari penelitiannya tersebut, ia menemukan inti sel/nucleus dalam setiap sel yang diamatinya. Ia berpendapat bahwa inti sel adalah bagian terpenting dari setiap sel.
D.      From Observation make The Theory (Pengamatan menghasilkan Teori).
Tahun 1838, ahli botani asal Jerman, Matthias Jakob Schleiden melakukan penelitian mengenai sel tumbuhan. Ia berpendapat bahwa semua tubuh tumbuhan terdiri atas sel – sel bahkan segala aktivitas dari tumbuhan itu sendiri merupakan bagian dari aktivitas yang dilakukan oleh sel – sel didalamnya. Ia juga mendukung pendapat Robert Brown mengenai pentingnya nucleus dalam suatu sel dalam hal pembentukan suatu sel.
Satu tahun kemudian, 1839, Theodor Schwan meneliti sel hewan. Sama seperti Schleiden, Schwan juga berpendapat bahwa semua tubuh hewan terdiri atas sel – sel.
Schwan pernah berdiskusi dengan Schleiden pada suatu waktu dan mereka sepakat bahwa semua tubuh makhluk hidup tersusun atas sel – sel. Dari sini tercetus lah teori SEL SEBAGAI UNIT STRUKTURAL MAKHLUK HIDUP.
Dalam diskusinya dengan Schleiden, Schwan menyadari bahwa dalam pengamatannya terhadap sel hewan, ia juga menemukan nucleus dalam sel yang diamatinya, sama seperti yang dijumpai Schleiden dan Robert Brown. Jadi mereka sependapat bahwa nucleus adalah bagian yang penting dalam suatu sel untuk proses pembentukan sel.
Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan Robert Brown, pada tahun 1835 Felix Durjadin berpendapat bahwa bagian terpenting dari sel adalah cairan di dalamnya yang disebut sitoplasma. Hal ini juga didukung oleh Johanes Purkinye yang menyebut sitoplasma dengan sebutan protoplasma. Dua pendapat yang dikemukakan oleh dua ilmuwan tersebut kemudian dilengkapi dengan pendapat dari Max Scultze yang berpendapat bahwa sel selain sebagai unit structural terkecil dalam makhluk hidup, sel juga merupakan unit fungsional terkecil dalam makhluk hidup dengan protoplasma sebagai dasar fisik kehidupan. Protoplasma bukan hanya sekedar bagian dari struktur sel namun merupakan pusat berlangsungnya reaksi – reaksi kimia kehidupan. Dari sini, muncullah teori SEL SEBAGAI UNIT FUNGSIONAL MAKHLUK HIDUP.
Pendapat Schleiden mengenai nucleus berperan penting dalam pembentukan sel kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Rudolph Virchow. Setelah melakukan serangkaian penelitian, di tahun 1855, Virchow menerbitkan makalah penelitian yang di dalamnya menjelaskan bahwa sel berperan penting dalam proses pertumbuhan makhluk hidup. Di dalam makalahnya terdapat moto nya yang terkenal yaitu omni cellula ex cellula yang berarti semua sel berasal dari sel. Motonya ini kemudian dikenal sebagai teori SEL SEBAGAI UNIT PERTUMBUHAN MAKHLUK HIDUP.
E.       The Research is Still Continue (Penelitian masih berlanjut).
Berbagai pengamatan dan penelitian dengan objek sel masih terus dilakukan oleh berbagai peneliti. Berbagai organel dan fungsi serta proses di dalamnya masih terus dipelajari. Bahkan penelitian mengenai sel telah membentuk cabang keilmuan biologi baru, sitology. Sel telah menjadi objek penelitian khusus bagi sebagian ilmuwan. Misteri yang ada di dalamnya masih akan terus diungkap.

Komentar