Abstrak
Sebagian besar pengguna vape mengganggap bahwa vape
lebih aman dibandingkan rokok konvensional. Namun, para peneliti telah
menemukan fakta bahwa vape sama bahayanya dengan rokok konvensional.
Kata Pengantar
Assalammualaikum Wr Wb
Segala puji dan
syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis
diberi kemudahan dan petunjuk untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini
disusun dengan menggunakan informasi yang tersedia di internet dengan tujuan
untuk mengetahui dampak vape terhadap sistem respirasi manusia. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas biologi.
Semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta memberikan inspirasi kepada
pembaca agar menjauhi segala hal yang dapat merusak kesehatan tubuh. Penulis
menyadari terdapat kesalahan dalam makalah ini sehingga penulis berharap ada
masukan dan perbaikan dari pembaca.
Wassalammualaikum
Wr Wb
Batam,
22 Januari 2020
Tim
Penulis
BAB 1 : Pendahuluan
Latar Belakang
Pada awal diciptakannya, vape
didesain untuk mengurangi ketergantungan perokok terhadap rokok konvensional.
Seiring dengan itu, vape mulai populer diberbagai kalangan. Banyak pengguna
beranggapan bahwa vape lebih aman dibanding rokok konvensional.
Namun, belakangan ini, banyak
kasus yang terjadi oleh para pengguna vape. Di Amerika Serikat, sudah ada
ribuan pasien pengguna vape melaporkan masalah kesehatan mereka. Dokter dan
peneliti terus menyelidiki penyakit akibat vape tersebut dan apa penyebabnya.
Di dalam vape terkandung beberapa zat. Zat – zat tersebut dicurigai menjadi
penyebab penyakit paru – paru yang diderita pasien.
Permasalahan
Sesuai dengan judul makalah di atas, rumusan masalah dan
pokok pembahasan dari makalah ini diantaranya :
1.
Apa itu Vape?
2.
Apa saja kandungan zat di dalam vape?
3.
Bagaimana dampak vape terhadap tubuh manusia
terkhusus organ respirasi manusia?
4.
Apa saja kasus yang berkaitan dengan dampak vape
terhadap sistem respirasi manusia?
Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1.
Untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada
penulis.
2.
Untuk mengetahui definisi vape.
3.
Untuk mengetahui kandungan zat di dalam vape.
4.
Untuk mengetahui dampak vape terhadap sistem
respirasi manusia.
BAB 2 : Landasan Teori
Definisi Umum
Vape atau rokok
elektrik merupakan salah satu jenis penghantar nikotin elektronik. Rokok jenis
ini dirancang untuk membantu pecandu rokok tembakau untuk mulai berhenti merokok.
Dengan beralih dari rokok tembakau ke rokok elektrik, secara perlahan mereka
akan berhenti untuk merokok.
Rokok jenis ini
terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran, umumnya terdapat tiga komponen utama
dalam rokok elektrik, yaitu baterai, eleman pemanas, dan tabung yang berisi
cairan (cartridge). Cairan di
dalamnya terkandung beberapa zat serta ditambah penambah rasa. Beberapa rokok
elektrik memiliki baterai dan cartridge yang
dapat diisi ulang. Rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan cairan yang ada
di dalam tabung dan kemudian menghasilkan uap seperti asap yang mengandung
berbagai zat kimia. Pengguna mengisap zat kimia ini langsung dari corongnya.
Vape dapat
dijumpai dalam berbagai jenis dan bentuk. Yang paling kecil dan simple yaitu
yang berbentuk seperti pena. Kemudian jenis portable yang lebih besar daripada
yang berbentuk pena namun masih bisa dimasukkan ke kantung. Vape jenis desktop
adalah jenis yang paling besar dan sulit untuk dibawa kemana – mana.
Kandungan Zat
Di dalam cairan
rokok elektrik biasanya terkandung beberapa zat seperti propilen glikol atau
gliserin, nikotin, penambah rasa, dan bahan kimia lainnya.
1. Propilen
glikol atau gliserin.
Zat ini
berfungsi untuk memproduksi uap air.
2. Nikotin.
Zat ini
ditemukan dalam vape dalam konsentrasi yang berbeda – beda, antara 0-100 mg/ml
dalam satu rokok elektrik.
3. Penambah
rasa, seperti rasa cokelat, vanilla, buah – buahan, dan lainnya, sehingga
perokok elektrik dapat menikmati sensasi rasa tersebut dalam setiap hisapannya.
4. Tobacco-specific
nitrosamine (TSNA).
TSNA merupakan
senyawa karsinogen yang ditemukan dalam tembakau dan rokok tembakau.
Nitrosamine ditemukan dalam cairan rokok elektrik dalam jumlah sedikit. Semakin
tinggi kadar nikotin, semakin tinggi juga kadar TSNA. Selain TSNA, juga
ditemukan kandungan senyawa loga, seperti kromium, nikel, dan timah.
Dampak Vape terhadap Sistem Respirasi Manusia
Dampak dari
penggunaan vape berasal dari asap atau uap yang dihasilkannya. Di dalam asap tersebut
terkandung beberapa zat seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Setiap zat
memiliki dampak masing – masing terhadap organ tubuh manusia, khususnya
terhadap organ tubuh sistem respirasi manusia.
Terdapat
berbagai penelitian mengenai dampak dari penggunaan vape terhadap organ
respirasi manusia. Salah satu Penelitian menunjukkan bahwa propilen glikol atau
gliserin yang berfungsi untuk memproduksi uap air dapat menyebabkan iritasi
saluran pernapasan pada beberapa individu. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa
bahan kimia dalam rokok elektrik dapat merusak jaringan paru – paru dan
mengurangi kemampuan sel paru – paru untuk menjaga paru – paru dari kuman dan
zat bahaya lainnya. Hal ini karena kandungan nikotinnya menyebabkan sel paru –
paru menjadi mudaj ditembus oleh zat dari luar tubuh. Penambah rasa pada vape
yang mengandung bahan kimia yang disebut dengan Diacetyl juga termasuk zat yang
berbahaya bagi organ respirasi. Diacetyl merupakan senyawa yang kerap dikaitkan
dengan penyakit paru serius yaitu bronchiolitis obliterans atau paru – paru
popcorn. Berdasar laporan dari Centers for Disease for Control and Prevention
membuktikan bahwa vape bisa menyebabkan kejang dan kerusakan paru – paru serius
hanya setelah satu tahun mengonsumsinya atau mungkin kurang. Bukti ini didapat
dari sekitar 200 pasien yang dirawat di rumah sakit akibat kerupakan paru
karena vaping. Uap yang terhirup dari vape dapat menimbulkan serangan asma,
sesak napas, dan batuk.
Vaping bisa
membahayakan paru – paru karena paparan uap yang terhirup dapat menjadi racun.
Bahan kimia pada vape dapat merusak paru – paru dan menimbulkan inflamasi
(peradangan). Peradangan tersebut dapat menurunkan kemampuan paru – paru dalam
bekerja dan menurunkan daya tahan terhadap kontaminasi bakteri serta virus.
Tahun 2016,
Laura Crotty Alexander menunjukkan bahwa aktvitas vaping membuat tubuh lebih
sulit untuk membunuh bakteri. Crotty Alexander merupakan seorang peneliti paru
– paru sekaligus ilmuwan yang bekerja di The
Veterans Administration San Diego Health Care Sistem. Ia meneliti bakteri Staphycoccus aureus (bakteri yang
menyebabkan paru – paru basah). Bakteri ini sejatinya akan mati oleh antibody
paru – paru manusia tanpa memerlukan bantuan medis. Dari hasil eksperimennya,
Crotty Alexander memberikan paparan uap dari rokok elektrik ke bakteri ini dengan tujuan menciptakan reaksi bakteri yang
sesuai dengan apa yang ada didalam tubuh seorang pengguna rokok elektrik. Ternyata
uap tersebut membuat bakteri Staphlycoccus
Aereus menutupi lapisan biofilm yang jauh lebih kuat dan sulit
“dimusnakan”oleh antibodi tubuh. Biofilm sendiri adalah kumpulan sel
mikroorganisme yang melekat pada permukaan bakteri. Adanya biofilm ini salah
satu fungsinya adalah sebagai pertahanan bakteri terhadap sesuatu yang dianggap
”perusak” baginya. Dengan semakin kuatnya lapisan biofilm pada bakkteri Staphlycoccus Aureus membuat sel imun
pada paru-paru harus bekerja ekstra agar dapat membunuh bakteri ini.
Crotty menguji
bakteri yang sudah terkena uap Vape tersebut dengan menyuntikannya ke seekor
tikus. Hasilnya, keesokan harinya jumlah bakteri pada tikus tersebut melonjak
tiga kali lipat. Sistem imunitas tikus dan manusia yang tidak jauh berbeda
membuat Crotty dapat menyimpulkan bahwa reaksi bakteri tersebut akan sama
(bertambah banyak dengan jumlah tiga kali lipatnya) jika berada di dalam tubuh
manusia.
Penelitian lain
dari Irina Petrache, Universitas Indianapolis meneliti sel – sel paru – paru
yang diberi asap rokok konvensional dan rokok elektrik. Hasil penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa nikotin (darimanapun sumbernya) tetap menimbulkan
inflamasi pada jaringan paru – paru dan mengurangi kinerja paru – paru itu
sendiri.
Dari review
TBEC/FLICKR (CC BY 2.0), rokok elektrik dapat menyebabkan paru – paru rentan
terhadap penyerangan bakteri dan virus karena dapat menurunkan sistem imunitas
di paru – paru.
Zat yang diduga
menjadi pemicu penyakit paru – paru akibat penggunaan vape adalah vitamin E
asetat. Petugas kesehatan di New York, Amerika Serikat kini sedang menguji
dampak vitamin E asetat terhadap kesehatan. Vitamin E asetat sebenarnya
merupakan bahan umum yang terdapat dalam suplemen gizi. Zat ini sebenarnya
bermanfaat dan tidak menyebabkan kerusakan ketika dicerna sebagai suplemen vitamin
atau diaplikasikan pada kulit. Namun, vitamin E asetat ini tidak disetujui
penggunaannya dalam produk vape. Sebab, efek kesehatan seketika berubah saat
vitamin E asetat dihirup bersama produk lain.
EVALI.
Kini, penyakit
pada paru – paru yang ditimbulkan oleh penggunaan vape dinamai dengan EVALI,
singkatan dari E-cigarette, or Vaping, product use Associated Lung Injury. Nama
ini diberikan oleh badan kesehatan masyarakat Amerika Serikat, Centers for
Disease Control and Prevention (CDC), setelah ada ribuan orang yang terjangkit
penyakit akibat efek samping vape, di Amerika Serikat.
Saat sedang
meneliti tentang EVALI, CDC pun melakukan studi dan mengambil sampel dari 29
pengidap EVALI. Ternyata vitamin E asetat berkontribusi signifikan terhadap penyakit
EVALI. Telah disebutkan sebelumnya bahwa vitamin E asetat aman untuk digunakan.
Namun ketika dihirup melalui vape, fungsi dari paru – paru akan terganggu.
Gejala dari
penyakit EVALI diantaranya yaitu batuk, nyeri dada, sesak napas, sakit perut,
mual dan muntah, diare, demam, kedinginan, dan penurunan berat badan. Dalam
kasus terparahnya, penyakit EVALI juga bisa menyebabkan kematian.
Penyebab lebih
lanjut dari penyakit EVALI masih sulit diungkap. Pemeriksaan pada pasien yang
terjangkit EVALI menemukan penggunaan nikotin, tetrahydrocannabinol (THC),
hingga minyak cannabinoid (CBD). Sebagian besar mereka mengaku menghirup THC.
Selain itu, vitamin E asetat juga ditemukan dalam sampel pada 29 pasien EVALI.
Biasanya, vitamin E asetat ditemukan dalam THC, yang akhirnya dianggap sebagai
salah satu penyebab banyaknya korban EVALI yang terus bertambah.
Sampai saat
ini, belum jelas pengaruh vitamin E asetat dapat merusak paru – paru. Namun
diperkirakan vitamin E asetat ‘menyelimuti’ paru – paru sehingga tidak dapat
bertukar oksigen. Saat paru – paru berusaha untuk membersihkan vitamin E
asetat, peradangan muncul yang akhirnya menghambat proses pernapasan.
CDC menegaskan,
masih banyak penelitian yang harus dilakukan, untuk melihat kemungkinan adanya
zat lain dalam cairan vape selain vitamin E asetat yang bisa merusak paru –
paru. CDC yakin, bisa saja ada lebih dari satu penyebab yang mengakibatkan vape
merusak paru – paru.
Kasus yang Berkaitan dengan Dampak Vape terhadap Sistem Respirasi Manusia
1.604 Kasus Orang Penyakit Paru-paru
Menghisap Vape
CNN Indonesia | Senin,
28/10/2019 02:08 WIB
Jakarta, CNN Indonesia
-- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencatat penyakit paru-paru yang berhubungan dengan vape atau rokok elektrik terus bertambah menjadi 1.604 kasus. Di antaranya, 35 orang
meninggal dunia.
Jumlah ini meningkat dari 1.479 kasus yang dilaporkan pada pekan lalu. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah, mengingat penggunaan vape tengah menjadi tren.
Penyakit paru-paru terkait vape ini ditemukan hampir di seluruh negara bagian AS. Hanya negara bagian Alaska yang tidak memiliki kasus tersebut. Karenanya, AS menetapkan penyakit paru-paru yang berkaitan dengan vape ini sebagai epidemi.
Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti dari penyakit yang menyerang paru-paru. CDC hanya menyebut sebagai penyakit paru-paru terkait vape atau Vaping Associated Pulmunory Injury (VAPI/EVALI) lantaran satu-satunya pasiennya menggunakan rokok elektrik.
Jumlah ini meningkat dari 1.479 kasus yang dilaporkan pada pekan lalu. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah, mengingat penggunaan vape tengah menjadi tren.
Penyakit paru-paru terkait vape ini ditemukan hampir di seluruh negara bagian AS. Hanya negara bagian Alaska yang tidak memiliki kasus tersebut. Karenanya, AS menetapkan penyakit paru-paru yang berkaitan dengan vape ini sebagai epidemi.
Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti dari penyakit yang menyerang paru-paru. CDC hanya menyebut sebagai penyakit paru-paru terkait vape atau Vaping Associated Pulmunory Injury (VAPI/EVALI) lantaran satu-satunya pasiennya menggunakan rokok elektrik.
Penyakit ini merusak
paru-paru dan menimbulkan gejala meliputi sesak napas, muntah, hingga hilang
kesadaran.
Orang yang mengalami penyakit paru-paru terkait vape menggunakan rokok elektrik setidaknya selama 90 hari terakhir.
Mayoritas menggunakan produk yang menggunakan tetrahydrocannabinol atau THC, komponen psikoaktif utama pada ganja.
CDC dan sejumlah lembaga lainnya terus meneliti zat dan bahan kimia yang terkandung di dalam vape untuk mengetahui lebih lanjut penyebab pasti dari penyakit ini. CDC telah merekomendasikan untuk tidak menggunakan rokok elektrik untuk mencegah penyakit.
Orang yang mengalami penyakit paru-paru terkait vape menggunakan rokok elektrik setidaknya selama 90 hari terakhir.
Mayoritas menggunakan produk yang menggunakan tetrahydrocannabinol atau THC, komponen psikoaktif utama pada ganja.
CDC dan sejumlah lembaga lainnya terus meneliti zat dan bahan kimia yang terkandung di dalam vape untuk mengetahui lebih lanjut penyebab pasti dari penyakit ini. CDC telah merekomendasikan untuk tidak menggunakan rokok elektrik untuk mencegah penyakit.
Sejumlah negara bagian
di AS, seperti New York bahkan sudah melarang penjualan rokok elektrik dengan
rasa mint dan mentol untuk mencegah penyakit paru-paru terkait vape.
Di Indonesia sendiri, belum ada pelaporan dan pencatatan penyakit paru-paru terkait vape.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto mengatakan belum ada tata laksana terkait penyakit akibat vape di seluruh dunia. Akibatnya, kebanyakan pasien didiagnosis dengan pneumonia atau radang paru biasa, tanpa diketahui penyebabnya.
"Mungkin saja kasus serupa banyak ditemukan oleh dokter-dokter lain, tapi hanya digolongkan sebagai penyakit paru saja," kata Agus, beberapa waktu lalu
Di Indonesia sendiri, belum ada pelaporan dan pencatatan penyakit paru-paru terkait vape.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto mengatakan belum ada tata laksana terkait penyakit akibat vape di seluruh dunia. Akibatnya, kebanyakan pasien didiagnosis dengan pneumonia atau radang paru biasa, tanpa diketahui penyebabnya.
"Mungkin saja kasus serupa banyak ditemukan oleh dokter-dokter lain, tapi hanya digolongkan sebagai penyakit paru saja," kata Agus, beberapa waktu lalu
Rokok
Elektronik (Vape) Telah Membunuh 7 Orang, New York dan California Melarang
Penggunaan Vape yang Memiliki Rasa
Bertambah seorang, setelah sebelumnya 6
orang meninggal akibat rokok elektronik atau yang populer disebut Vape. Orang
ketujuh di Amerika Serikat telah meninggal karena penyakit paru-paru misterius
terkait vape pada hari Senin 16 September 2019. Sebelumnya korban ke 6 adalah
seorang wanita berusia lebih dari 50 tahun dan memiliki riwayat masalah
kesehatan, menjadi sakit parah tak lama setelah menggunakan vape dan
kesehatannya memburuk dengan sangat cepat. Tidak jelas apa jenis produk vape
yang beliau gunakan, hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh pejabat departemen Kesehatan
Kansas.
Semenjak
kematian keenam akkbat vape, perhatian tentang keamanan dan regulasi vape lebih
ditingkatkan. Tak tanggung-tanggung, tiga lembaga di Amerika Serikat yakni
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention atau
disingkat CDC), Administrasi Makanan dan Obat-obatan (Food and Drug Administration),
dan Departemen Kesehatan Negara (State Health Departments) turun tangan untuk
menyelidiki wabah ini. Para pejabat di lembaga-lembaga tersebut mengatakan
bahwa mereka belum menemukan penyebab pasti atau hubungan yang jelas antara 7
kasus kematian akibat vape, tetapi ada beberapa hipotesis yang muncul.
Akibat
kematian ini dan berbagai penyakit misterius yang muncul karena vape, New York
dan California melarang penggunaan vape yang memiliki rasa sejak tanggal 16
September 2019. Media Esquire bahkan memprediksi bahwa pelarangan ini akan
segera diterapkan untuk seluruh Amerika.
Berapa banyak orang yang sakit dan siapa yang
meninggal?
Hingga
hari Selasa ini, 18 September 2019, ada lebih dari 450 kasus penyakit paru-paru yang terkait
dengan penggunaan vape yang dilaporkan ke CDC. Sebelum kematian ketujuh di
California (untuk kedua kalinya), enam kematian dilaporkan di California,
Illinois, Indiana, Minnesota, Oregon, dan Kansas.
Kematian
pertama akibat penyakit paru-paru terkait dengan vape di Amerika Serikat dilaporkan di Illinois pada bulan Agustus. Orang yang meninggal
adalah orang dewasa. Oregon menjadi tempat pelaporan kematian kedua , kemudian Minnesota, Indiana, dan California . Kematian
keenam, dilaporkan pada 10 September 2019 adalah di Kansas .
Apa yang sudah ditemukan terkait investigasi
penyakit akibat vape?
Investigasi
tiga lembaga yang telah dijelaskan sebelumnya terhadap hubungan antara
aktivitas memakai vape dan penyakit paru-paru yang parah masih sedang
dilaksanakan dan belum dirilis hasilnya. Namun semua kasus yang dilaporkan telah
mengindikasikan penggunaan vape dan beberapa pasien telah melaporkan
menggunakan vape yang mengandung produk cannabinoid, seperti Tetrahydrocannabinol (THC)
.
Pejabat
kesehatan New York mengatakan bahwa kadar vitamin E asetat yang sangat tinggi
ditemukan di hampir semua produk vape korban kematian yang menjadi bagian dari
penyelidikan. Bahan vitamin E adalah ‘fokus
utama’ dalam penyelidikan penyakit vaping, kata pejabat CDC.
Beberapa
produk yang ditemukan mengandung vitamin E asetat adalah vape rasa permen.
Gubernur New York Andrew Cuomo langsung turun tangan dan memerintahkan departemen kesehatan Amerika untuk mengeluarkan panggilan
pengadilan ke tiga perusahaan yang memasarkan bahan kimia pengental untuk
perusahaan yang memproduksi cairan vape. Kedepannya akan lebih banyak
perusahaan yang diselidiki. Pusat Kesehatan di New York memperoleh
sampel pengental dari ketiga perusahaan tersebut dan menentukan bahwa komposisi
pengental hampir 100% minyak vitamin E asetat.
Apa kata Dokter?
Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention atau
disingkat CDC) mengatakan vape tidak boleh digunakan oleh
remaja, dewasa muda, wanita hamil, atau orang dewasa yang saat ini tidak
menggunakan produk tembakau.
Sementara
penyelidikan terhadap wabah penyakit paru-paru akibat vape masih sedang
berlangsung, masyarakat harus mempertimbangkan untuk tidak menggunakan
produk-produk vape. Pengguna vape harus memantau diri mereka
sendiri dan segera melaporkannya ke rumah sakit terdekat jika muncul
gejala-gejala yang berkaitan dengan paru-paru. .
“Sudah
waktunya untuk berhenti menggunakan Vape,” kata Dr. Lee Norman, sekretaris
Departemen Kesehatan dan Lingkungan Kansas setelah mengumumkan korban kematian
keenam akibat vape.
“Jika
Anda atau orang yang dicintai menggunakan vape, tolong hentikan. Kematian dan
ratusan kasus cedera paru-paru bisa terus meningkat. Saya sangat prihatin
dengan kesehatan dan keselamatan warga Kansas yang menggunakan produk vape dan
mendesak mereka untuk berhenti sampai kita dapat menentukan hubungan antara
vape, cedera paru-paru, dan kematian” lanjut Norman.
Sebelumnya, asosiasi kesehatan paru-paru di
Amerika Serikat memperingatkan bahwa vape tidak aman dan dapat menyebabkan
kerusakan serta penyakit paru-paru yang tidak dapat disembuhlkan.
“Tidak
seorang pun boleh menggunakan vape atau produk tembakau lainnya. Pesan ini
bahkan lebih mendesak hari ini menyusul meningkatnya laporan penyakit dan
kematian terkait vape secara nasional di Amerika,” kata Harold Wimmer pemimpin
asosiasi tersebut.
“Asosiasi
medis Amerika merekomendasikan siapa pun yang baru-baru ini menggunakan
produk-produk vape untuk mencari perawatan medis segera jika mereka mengalami
efek kesehatan yang merugikan, terutama batuk, sesak napas atau sakit dada,”
kata Dr. Patrice Harris, presiden asosiasi.
“Kami
mendesak Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) untuk mempercepat
regulasi rokok elektronik dan menghapus semua produk yang tidak diregulasi dari
pasar,” kata Harris menambahkan. “Kami juga meminta FDA untuk segera melarang
rasa, serta praktik pemasaran, yang meningkatkan daya tarik produk-produk vape
kepada kaum muda.”
Bagaimana dengan di Indonesia?
Sementara
penyelidikan ini sedang berlangsung, maka Warstek menghimbau masyarakat
Indonesia untuk tidak menggunakan rokok elektronik atau vape.
Referensi:
1.New York Just
Banned Flavored Vapes. Is All of America Next? . Disadur dari Esquire. Diakses pada
18 September 2019.
2. TERRIFYING
VAPE DISEASE HAS NOW KILLED FIVE PEOPLE. Disadur dari Futurism. Diakses pada
13 September 2019.
3. A sixth
person died from vaping-related lung disease. Here’s what you need to know.
Disadur dari CNN. Diakses pada
13 September 2019.
4. A 7th person
has died from vaping-related causes. The CDC is stepping up its probe of
e-cigarette illnesses. Disadur dari CNN. Diakses pada
18 September 2019.
Sumber : https://warstek.com/2019/09/13/vape/
BAB 3 : Penutup
Kesimpulan
Meskipun sebagian besar masyarakat
menganggap bahwa vape lebih aman dibanding rokok konvensional, namun dokter dan
peneliti membuktikan bahwa vape sama bahayanya dengan rokok konvensional. Vape
menyebabkan penyakit pada paru – paru. Peneliti menamainya dengan EVALI. Penyakit
ini masih didalami penyebabnya dan bagaimana mengobatinya.
Diharapkan kepada para pembaca
untuk menghindari segala hal ang dapat merusak kesehatan, termasuk dalam hal
ini adalah vape.
Daftar
Pustaka
Untuk file PDF, klik link dibawah ini
Komentar
Posting Komentar